Episode 3
How is about of First Love??
Warasnya terus memojokanya, yang tak jua menemukan hati gadis untuk dilabuhi. Lelahnya karena ciuman naïf, dan pengharapan yang sia-sia. Semua terasa kosong dan hampa yang selalu datang padanya, hingga pada siang itu dalam langutnya di dalam alam piker setiap hari-hari yang berisikan obrolan tak guna kedut mata yang konon garis perjumpaan akan seorang gadis kan segera tiba. Teryata tunggunya di bawah seng sebuah bengkel depan rumah bapak polisi mempertemukanya pada sosok gedis jelita nan anggun berjilbabkan kain merah jambu di kala seusai waktu tak ada jam sekolah. Mata mereka tak lepas saling mengisi hampanya pandang ibarat magnet kutub utara dan selatan didekatkan, kaki melangkah menghapiri gadis tersebut penuh rasa penasaran yang mengisi bak hingga luber. Jalan seiringan mengantarkanya pada sebuah perkenalan yang alami satu sama lain. Senyuman memperindah bibirmerahnya yang tipis dan selalu basah membuat pandangan aan tak berubah dikala ucapan iri menggantung dari bibir-bibir yang mata sinis menjuju kearah mereka berdua. Tangan Halusnya mengisyarakan bahwa pertemuan itu tak boleh lepas begitu saja. Sambil menucapkan namanya Uus, Khuswatun Khasanah, SMEA TAMTAMA kelas 3, Dan ucap bibirnya melemah, AAN, Iqma alif nurfian, SMA negri ( dalam hatinya,”wah SATU TINGKAT DI ATASKU, semoga dia tak memandang umurku”.).kelas 2. Sampai tertuju jalan depan kosnya (yang berada di samping barat pagar sekolah, yang biasanya Aan lompati untuk membolos atau membeli rokok) Awal pertemuan itu ber akhir indah.
Hari beranjak hari berjalan dengan indah, bersamanya. Aan pun berharap dapat bersamanya selalu, hingga disetiap ada dalam ruangan yang penuh kebencian terhadapnya dapat menjadikan penawar untuk hari-hainya selalu, dalam benaknya akan selalu menantikan sebuah waktu dimana waktu mengeluarkan bel sekolah tiga kali dan empat kali. Itu menandakan jam istirahat sekolah dimana di waktu itu Aan bergegas memanjat dan melompat tebing pemisah antara sekolah dan alam luar sekolah untuk berjumpa dengan Uus ketika masuk sekolah siang. Hempasan kata tanpa terlupa sanjung terbang mengiringi angin di kala itu. Hiburpun takkan terpisah keluar dari bibir sang pencinta, hingga suatu saat dimana Sang pencinta tersebut mangeluarkan kata-kata mesra berdampingan pengungkapan perasaan. Respon baik penghantar kata menghiasi suasana di kala itu, pria yang tak pernah terlihat bahagia bukan main mulai nampak perlahan hingga berbungalah hatinya.
“Cinta, oh cinta
kenapa tiba-tiba datang
menghadirkan cerita
mengoyak kembali perasaan lama
aku,sadar,
aku hanya manusia biasa
yang punya hati, punya rasa
Untuk mencinta,
Dan di cinta
Bila kini,
Cinta itu memanggil
Dan membuatku terjaga
Aku makin sadar
Aku masih punya hati, ternyata
Inikah hakiki takdir manusia?”
Hari-hari penuh salam mesra yang tertitipkan oleh gadis teman kostnya dan teman sekelas pria yang sedang merasakan bahagia itu. Tak luput pula kadang secarik surat menghiasi kisah mereka derdua. Saling mengisi, berintrospeksi, sayang-menyayangi dan mencintai. Malam minggupun tak seperti sediakala bagi pria bercukupan tampang itu, yang biasa terdiam diri di kamar dengan kegiatan yang itu-itu saja, kini menjadi sang pangeran yang waktu itu berkuda SHOUGUN 1997 sebagai kuda putih penjemput sang tuan putri berkeliling kota karang anyar yang biasa tampak sepi kini terlihat penuh bintang.
Ketika itupun nampak terlihat iri dari teman-teman, mulai dari cemooh, hasutan, dan fitnah bahwa sang tuan putri bukan gadis baik-baiklah, dia sudah punya pacar lah, gadis panggilan lah, namun tak terhiraukan oleh pria yang sedang menjalani kisah kasih asmaranya itu, namun ketakutan di hatinya pun mulai terasa ketika sepucuk surat dari sang gadis yang ia anggap sempurna baginya itu baru menggoreskan penanya bahwa dia menuliskan hal yang sebenar-benarnya bahwa dia cinta pada pria yang tak memiliki daya tersebut, dan belum putus dari ikatan kasih pula dengan orang lain, hingga makin tak berdaya pula pria itu. Lemasnya tak sepadan dari apa yang ia harapkan dan terima walaupun ia tak kuasa menghiraukanya demi mempertahankan hubunganya dan perasaan di hatinya. Namun sebagai tanda terima kasih darinya yang telah membuat ia berubah karena pria tersebut, dan kenangan indah yang tak ia dapat dari pria lain, masukan, canda tawa, hingga sayang yang suci yang bukan lantaran nafsu belaka pun ia dapatkan dari pria itu, sang gadis nan rupawan menawarkan janji untuk nge-Date malam minggu berikutnya.
Dengan sepeda motor yang ia bersihkan sebelumnya hingga nampak tak ada sedikit kotoran satupun yang melekat di Shogun gadaian Ayahnya itu. Masih dengan gaya rambut yang khas, jambul depan, dan potongan pakaian hem yang trend melapisi tubuhnya bersamaan helm gayung bercoretan hiasan tanganya itu, bergegaslah ia dengan tepat waktu mengisi perjalanan dari gombong menuju karanganyar. Disana tampak sang gadis idamanya baru tampak berjalan dengan desi temanya dan juga teman Aan menuju jalan yang biasa kita lewati bersama dan berhenti menghampiri Aan yang tengah duduk dengan menjepikan sebatang rokok di jarinya. Tanpa pikir panjang, setelah berbisik dengan desi, ia mulai menaiki kereta kuda bersama pangeran yang sedang mengebu-gebu saat itu. Mulai terdengar pula suara mesinnya dan membawa mereka ke jalan besar dan berfikir Aan yang tertuju pada alun-alun Kebumen, karena di sana mungkin tempat yang tepat dan tidak terganggu oleh kekhawatiran teman-teman yang mengganggu. Sampailah di alun-alun, dan berputar menikmati malam kota yang indah dan melihat sekeliling penjual kaki lima yang mangkal di bibir alun-alun, berhenti sejenakpun mereka dengan mesra mencicipi hangatnya teh panas dan nikmatnya jagung bakar di malam itu. Ia cium keningnya gadis itu dengan penuh rasa sayang tanpa rasa malu di depan penjual jagung bakar yang nampak iri memandang ke arah mereka berdua, hingga sang tangan tak kuasa berjalan melewati tubuh halus sang gadis dan saling memeluk dengan erat karena satu sama lain berharap tidak akan ada yang memisahkanya. Tiba-tiba sang gadis mencium pipi pria yang berfikir nyatakah ini, setelah itu tak terasa waktu menunjukan pukul 00.00 WIB. Di tempat lain, Tetangga Uus yang juga kaka kelas Aan (anak polisi) bersama temanya (desi) mencari keberadaan Uus dengan rasa khawatir dan gelisah. Hingga orang yang masih ada hubungan/ikatan perasaan dengan Uus mendengar bahwa Uus belum kembali kerumah dan merekapun terus mencarinya. Di sisi lain Aan dan Uus sedang dalam perjalanan pulang dengan hati senang dan terus bercanda tawa hingga bermesraan I atas roda sepeda motor yang teus melaju. Hingga sampailah 5 meter di tepi rumahnya Aan meninggalkan motor sebentar dan akan mengantar sampai kedepan mulut pintu rumahnya, namaun Uus menolak, ia berjalan menuju pintu yang telah nampak tersebut.
Tiba-tiba ia berbalik arah dan menuju tubuh pria yang terus memandangnya, heranlah sang pria itu. Peluk mesra menghangatkan udara malam yang terasa dingin, mata indahnya dengan hiasan bulu mata lebat nan aduhai mulai ia pejamkan dengan sayupnya, bibir basah merah merekah tipis nan indah terbuka dengan sendirinya, hingga kedua kepala mulai bergerak bersatu bersamaan dengan suara detik jam tangan. Dengan terkejut dan jantung berdebar kencang sekali, Ciuman bibir baru Aan rasakan pada saat itu, belaian isi mulutnya mengundang apa yang ada dalam mulut sang pria yang baru merasakanya, bermain dalam ruangan kecil dan sempit itu,
Disaat itu pula ia tersadar setelah 5 menit lamanya merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, bahwa benar apa yang di suratkan gadis yang ada dalam pelukanya saat ini, dan apa yang dikatakan teman-temanya bahwa ia telah terbiasa melakukan adegan yang teranggap ngeri ini, terrbukti ia berani dan pandai sekali, hingga meletakan tangan sang pria ini yang kaku juga polos berada di belakang tubuh mulus gadis itu.
Sorot lampu mengundang sadar mereka untuk berhenti dan tak tahu kenapa Uus bersembunyi di samping pagar, dan ternyata benar katanya, dia adalah kekasihnya yang tlah hilang hatinya entah kemana pada gadis terebut, sambil memandang dengan pandangaan kosong kearah Aan.
Tak apalah, dan di anggap santai oleh mereka, dan hari esok telah menunggu, dalam hitungan detikpun menjadi sunyi kembali seperti tak da tanda-tanda kehidupan lati di sana, dimalam itu.
Sentuhan hangat bibir itu terus menggangu alam pikirnya Aan, wajar saja baru ia merasakanya. Hal itu yang memnggugah sisi buruk dari sifat manusia hingga ingin merasakan kembali. Hari menjadi senin dengan sendirinya menghiasi suasana yang sungguh bebeda dengan hari biasanya , seperti merasakan hidup yang baru, jam istirahatpun mulai datang tak lepas dari tubuhnya ketika sang kaki berlari kencang memeluk tembok sekolah yang tinggi dan berbahaya itu untuk mengantarakan kedimensi lain dimana dapat berjumpa dengan sang gadis, hingga bertemu di teras rumahnya yang sepi, kejadian kemarin malam terulang kembali disana, namun dengan di berinya surat ke pada Aan yang berisikan bahwa sang kekasihnya yang lama telah menuntut dia untuk kembali mencintainya dan sudah tahu tentang hubungan kita, hingga Si Aan di harapkan untuk berhati-hati. Keesokan harinya lompat pagar tak terasa sudah terlewati dengan kencang dan lincah. Pertemuan itu memang pertemuan terakhir bagi mereka, berjalan dari teras rumah 5 meter menuju samping sawah terteduhkan pohon pisah sambil teriringi nada-nada yang memengisi suasana pagi itu, sambil berpeluk mesra dan dihiasi kata-kata perpisahan indah yang merobek hati hingga pada ciuman mesra yang terakhir, maka dinyatakan hubungan mereka telah berakhir. Karena hatinya masih tertuju pada si dia, kekasih yang lama (mas Mame).
Aan kembali pada harinya, yang sendiri penuh denga rasa was-was karena mas mame meminta kejelasan darinya tentang hubungan yang telah ia jalani dengan Uus, namun di Bantu dengan rasa tenang dan dukungan dari teman-temanya, hingga dihadapkan mereka bertiga Aan, Uus dan mas Mame, Cerita demi cerita telah melebur merasuk dalam hati sanubari masing-masing dan kejelasan tentang Uus yang kan kembali pada mas mame, hingga tak terjadi kekerasan yang teman-teman takutkan pada Aan.
Inilah akhir kisah cinta pertama Aan yang walau waktu yang menentukan, tapi memang sangat berarti. He…he…” memang itu yang namanya takdir manusia adakala berjumpa dan berpisah”.
Semusim itu tlah berganti hanya banyangnya yang menemani. Tentang cintanya yang telah pergi tinggalkanya, walau tak peduli, dan yang tersisa hanya kenangan manis tak terlupakan sepanjang hidupnya dan terus ada dalam memory.
Walau setelah itu belum ada yang dapat manggatikan “dia” dihatinya, Namun usaha telah ia lakukan karena dia adalah orang yang kadang tak pantang menyerah. Ia kadang suka cari perhatian dengan adek-adek kelasnya, adapula mengoda the girl next class, adik kelas kelas 1.6 yang bernama Novi, namun tidak berlangsung lama karena tak ada tanggapan yang serius darinya. Dan hanya bisa berbangga dan terbayang pada cinta pertamanya.
Terjadi pula kisah sederhana yang menghiasi perjalanan cinta Aan, yang pertemuan itu ada karena kedua temannya yaitu Agus Sulaiman, dan lukman yang membawanya pada rumah Ade, yang juga di kostkan kepada Almr. Indri (bocah Jakarta yang bersekolah di SMA purnama Gombong). Awal basa-basi yang baik hingga membuat kesan yang sensualitas, ketertarikan pun ada kepadanya, entah setatusnya tak jelas namun menurut teman-teman dia gadis yang baik. Nomor H.P diberikan kepada Aan, hingga Aan bersemangat menjadikan waktu-waktunya untuk memberi perhatian kepadanya. Hari berganti hari yang menghangatkan hubungan itu hingga mendekatkan perasaan. Di suatu Minggu yang cerah dan memberi isyarat untuk berduaan pada acara band di Benteng, di jemputlah indri dari kostnya dan bersama teman-teman pergi kepada acara tersebut. Dengan bangga Aan kenalkan calon gebetanya kepada teman-temanya di acara tersebut, hingga bertemu pada Trie (teman sekelasnya) yang sedang berjalan dengan Ika untuk menyaksikan acara itu, lalu tanpa basa-basi ia kenalkan kepada mereka.Walau sedikit terkejut, tetap dari pandangan mereka ada pandangan lain kearah pasangan itu.
Bercanda bersama, dan menikmati acara dengan hati yang riang, tiba-tiba ajakan untuk pergi pulang menghampiri telinga Aan. Apaboleh buat yang akhirnya Aan kan menghantarnya pulang, ditengah perjalanan menuju tempat parker sepeda motor Almr. Indri di dekati pemuda yang asing bagi Aan. Tak mendengar perbincangan mereka, lalu Indri kembali kearahnya dan berkata “maaf An, Aku pulang sama Kakaku, ya, ga papakan?,Please!”. Agukan ragu pun Aan lakukan, dan penasaran mengabuti hatinya yang sedikit cemburu walau saat itu Aan merasakan hal aneh, ketidak jujuran dari matanya. Dan S.m.s akan tanyanya terus teruju. Namun penjelasanya meragukan dan menggangu isi di otaknya. Hingga Aan sering melihat mereka berboncengan, dan mencari akan kebenaranya dengan bertanya kepada siapa saja yang mengetahui hubungan mereka. Akhirnya putuslah hubungan mereka walau tanpa status apapun, tetap terukir dihatinya ketika tahu bahwa mereka memang benar-benar memiliki hubungan special. Tak ada lagi pergi ke kostnya dimalam minggu, dan tak ada lagi kabar yang diterima dari Aan oleh Indri.
Sebulan berita duka mengantarkan sedihnya atas kematian Indri karena kecelakaan bersama kekasihnya itu di jalan raya, namun kekasihnya hanya luka-luka saja. Malampun berat bagi Aan untuk tertidur nyenyak, yang ada hanyalah kerterjagaanya akan Indri yang walau pernah mengisi hatinya dan melukainya.
”gesekan dedaunan yang bernyanyi lemah dikala itu, terkepung oleh angin basah di antara ulat resah, dan air mata ini patah jatuh terkulai di keringnya tanah…
sedang kerinduan ini yang semakin dalam adalah mata pisau yang kerap terasah di tiap perhentian…
jalan masih panjang dan telapak ini masih harus melangkah di genangan cahaya tanpa perlu bayangan.
Hidup memang lucu, kadangkala angin menghempaskan butir-butir debu di ruang dada, dan hujan terlalu angkuh menyapa
Tapi kadang angin berdamping hujan menumbangkan bunga yang tak layu di ranting jiwa.” (desty)
Episode 4
Can be the try love again for me???
Dunia baru bagi Aan beriringan pula ketika meningkat pula jenjang pendidikan. Duduk di bangku kelas 3 kini. Walau sudah tak seperti dulu, namun memberikan pula arti yang berharga bagi makna kehidupan, karena kan diisi hari-hari sekolahnya di kelas tidak seperti teman-teman sewaktu di bangku sebelumnya. Namun dengan demikian tidak mematikan persahabatanya dengan teman – teman yang dulu sampai kapanpun.
Di kelas IPS satu, Aan sebangku dengan teman yang lumayan disegani dengan teman-teman yang lain pula, ia bernama ginanjar alias Bronjong. Bronjong adalah jadi teman dekatnya menggantikan lukman, mail, pandu C.S dikala bangku sebelumnya. Aan ter-inspirasikan cinta oleh bronjong karena kisah cintanya bronjong yang mengharukan pula bagi Aan. Karena kisah cintanya suci walau selalu berharap dan bertepuk sebelah tanggan gadis dari SMP hingga saat itu.
Hari – hari pun mulai menyenangkan ternyata bersama si bronjong dan teman-teman baru lainya di kelas itu. Walau terlihat, Aan tampak lebih terlihat hancur namanya disekolah karena tidak pernah membolos tetapi telatnya mereka datang ke sekolah berdua yang menjadikan terkenal oleh anak anak seisi sekolah, tidak hanya itu keanehanya disekolah yang terkadang membuat sang guru di sekolah geleng-geleng kepala, namun ia nikmati harinya itu dengan gembira selalu.
Pesawat baru bermerk-an VESPA bermandikan warna biru telur pun Aan dapat dari sang ayah, di tambah ia sang setia kawan menjemput selalu kawan sebangkunya si Bronjong kala itu, Otomatis waktu yang tertempuh tuk datang sekolah berkurang.
Saat itu tak ada lagi yang namanya membolos, mungkin sebabnya tidak hanya di karenakan hal yang tadi pula, juga kedewasaan mulai timbul hingga sadar bahwa saat ini kelas 3 yang telah Aan duduki. Karena semangat yang terus mengalir dari kawan sebangkunya menjadikan mereka tampak aktif di dalam kegiatan belajar di sekolah, walau seimbang dengan kenakalanya. Saat itu ditambah dengan hadirnya siswa baru kelas satu, hingga semangatpun mengisi dalam dirinya, dari semangat belajar, semangat tebar pesona, sampai semangat yang membuatnya tambah menjadi anak nakal.
Dalam masa mos anak kelas satu, dikantin pojok sebelah barat dalam sekolah posisinya, terlihat gerombolan anak anak yang didalamnya pun Aan tak tertinggal seusai menyantap nasi lalu memegang gulungan putih berisi tembakau, lalu bercanda ria di mata adik-adik kelas yang baru sambil menampilkan apa saja yang dapat di tampilkan agar adik-adik kelas tercengang, itulah yang biasa dilakukan disana. Ada yang bertebar pesona dengan menggoda mereka, Aan pun biasanya membawa Skate board bersama lukman masing-masing dan menunjukan kepiawaianya.
Hari-hari berikutnya yang lelah tanpa hasil kan dapat gebetan baru dari adik kelas, seorang anak kelas 2 menunjukan sebuah ide kepada si Aan, dengan mata tertuju pada atap gudang sebelah ruang kosong yang biasa digunakan untuk merokok. Karena Aan dianggap paling lihai dalam memanjat( Karena biasanya selain kirun, pandu, aan lah yang gesit dan lihai juga sering melompat pagar tembok sekolah yang tinggi hanya untuk membeli rokok di luar sekolah ), dan pada saat itu kamar mandi di penuhi anak-anak kelas satu yang sedang ganti pakaian olah raga untuk acara M.O.S. Tak ada semenit Aan sudah berada di atas Atap ruangan gudang yang menyatu dengan 7 ruang kamar mandi. Dari ruang 1 sampai ruang 7 terlihat celah yang cukup untuk mengintip, hingga puas Aan 15 menit diatas atap yang di sana mondar mandir dari atap kamar mandi satu sampai ketujuh ia jelajahi dan menjelajahi dalamnya isi kamar mandi dengan mata nakalnya. Seusai dari atap ia bercerita apa adanya yang terjadi pada dia tadi. Tak lama kemudian rasa penasaran semua teman-teman tertuju pada atap, hingga setiap istirahat semangat menghabiskan waktu istirahat di sebelah ruang kamar mandi sekolah sebelah barat. Hingga dikala istirahat terlihat sepi anak-anak merokok, dan ternyata 17 orang mengisi sempitnya lorong atap ruangan itu sambil asik menonton blue filem yang semi tapi nyata.
(Kebiasaan itu sampai temurun pada 2 tahun angkatan Aan di bawahnya , namun sekarang sudah ketahuan oleh guru dan di renovasi atapnya).
Ketika sepulang sekolah, Aan bertemu dengan gadis manis yang baru masuk di lingkungan sekolah, Isme namanya. Dia masih kelas satu, hingga hatinya Aan melayang terbawa oleh hanyutnya cinta pandangan pertama denganya. PdKte dengan banyak kata-kata, mengantarnya pulang, sampai pula sering menyempatkan mampir walau hujan kerumahnya, sudah tak terasa beberapa hari dedekatan mereka seperti tak terpisah oleh apapun, hingga hampir sepenuhnya perasaan tertuang pada gadis tersebut, namun ketika Aan menanti sebuah hari di mana dapat tepat untuk menyampaikan perasaan hatinya, terdengar dari teman sekelasnya Aan bahwa dia sudah ada yang punya, hingga perasaan itupun terkikis sedikit demi sedikit dan menanti kebenaranya hal itu. Bukan hanya hal itu saja yang terungkap bahkan melihat sang gadis berjalan berduaan bahkan sampai mendengar bahwa mereka sudah pernah berhub, badan.
Ujian Semester satu pun telah datang, dalam ruang kelas yang di dalamnya ter-oplos dua kelas menjadi satu yaitu kelas 3 dan 1, dan disatu bangku berdampingan siswa kelas satu dan tiga disana. Terlihat Aan yang duduk di bangku kedua dari depan dan bangku deretan ketiga dari arah barat.
Tak heranya dan menjadi kebiasaan anak sekolah diam-diam saling memberi jawaban. Anak kelas satu yang telihat gelisah dan terus memandang memberi isyarat kearah teman sebangku Aan ( cewe ) dan terus berkomunikasi hingga mematahkan konsentrasi Aan dalam memahami soal. Walau tak saling mengenal sebelumnya, Aan tanpa rasa bersalah menegurnya, memang sedikit munafik namun hanya sekedar memberitahukan kepadanya. “ Hoo.. bocah kok hobyne nyonto, pa ra’ sinau sich?!” ucap Aan pada dia. “ Ya men ya, he…”, Sahut dia dengan paras yang memerah. Setelah Aan mengatakan demikian, bukanya dia mengerti malah menjadi, hingga di ujian mata pelajaran kedua hari itu dia sempat minta tolong Aan untuk memanggilkan teman duduknya Aan, untuk berkompromi masalah jawaban soal. Pertama pandangan Aan yang tak enak tertuju padanya namun terbalaskan olehnya senyuman manisnya dihiasi lesung pipit nan manis itu menjadikan empat mata itu saling bertatapan.
Esokpun berganti tapi tak menggantikan kejadian serupa kemarin yang membuat mereka menghadirkan perasaan akan saling suka. Kejadian-kejadian yang tak ia sangka tersebut terus terulang bahkan meleburkan suasana ujian yang mencekam menjadikan berbunga-bunga, ketertarikan pun mengisi ruang hati mereka. Disamping itu dia, Fitri namanya tak sejauh namanya yang berartikan bersih, dalam pandangan nya Aan, Fitri adalah sosok yang bersih, tercermin pula dalam ia berpenampilan.
Malam yang harusnya diisi dengan konsentrasi belajar menghadapi ujian besok, terganggu oleh bayang wajah si gadis itu,atau karna mungkin sepat pulang sekolah kemarin ia melihat dengan mata kepala sendiri dalam warung yang berisikan dua insane manusia saling mencumburayu dihadapanya yang sedang membeli 2 batang rokok, dan dikenalnya wanita itu yang ternyata dia adalah Isme. Mual rasanya merasakan hal itu, namun yang sudah biarlah usai ditelan waktu. Hingga pekatnya malam terus membawa kedalam mimpi yang sukar untuk di artikan.
Sang fajar pun meneriakan suara sang pejantan, namun kedua matanya belum kunjung terbuka, hingga tangan lemah nan halus ibunda mencubit paha mulusnya ,tak lama kemudian bergegaslah ia dengan gelisah pergi ke sekolah. Bersama Bronjong yang tlah menunggu lama dirumahnya hingga gadis yang juga menununggu gelisah kehadiranya, karena waktu terus berjalan.
Dua bocah yang culun pun nampak terlambat tenggelam dalam perasaan malu namun santai. Di hari jum’at itu Bola mata Aan ternyata disapa ketika memasuki ruang oleh senyum hangat fitri bak sang tiang lampu lalulintas pasrah memancarkan warna lampu hijau didepanya. Curi-curi pandang saling mereka lakukan seperti kucing kepada si ikan goreng buatan ibunda.
Hati mereka gundah setelah ujian itu tlah berakhir hingga waktu memberi kesempatan libur anak sekolah. Hingga hari libur di liputi rasa rindu yng ingin kembali pada masa ujian kemarin, namun konyolnya pikiran itu membuat Aan tambah tergila-gila. Libur itu waktu menyibukanya pada kegiatan rutin yaitu lari pagi dan berenang. Hingga datanglah disaat menjelang akhir libur sekolah, Aan bertemu dengan teman sebangkunya ujian kemarin yang juga teman dekatnya fitri, di kolam renang tepatnya, mengobrol sejenak dan tak lupa menyempatkan untuk menyampaikan salam hangat darinya.
Liburan telah usai seusai roti donat yang dilahap tanpa bekas. Hari masuk sekolah telah tiba, tiba pula perasaan itu menanti. Matanya yang terus mengintai gerak gerik fitri tertuju dikelasnya. Hingga tongkrongan istrirahat yang biasanya berada di samping w.c kini baginya berpindah ke mushala,Tanya kenapa? Karena kelasnya berhadapan dengan serambi mushala sekolah. Salam dari temanya telah sampai , fiteripun memberikan senyuman jauh kepada Aan.
Suatu ketika, pernah hatinya merasakan hal yang janggal ketika pandangan yang tertuju kepada fitri sesaat setelah pulang sekolah yaitu dia duduk berdua di atas sepedah motor dengan laki-laki dan ia merasa itu anak satu sekolah juga. Cemburu menyelimuti sesaat dan berlanjut menghampiri laki-laki itu dalam tanyanya “ hey kamu pacarnya Fitri ya? kamu anak kelas berapa sih?”.tanya Aan dengan percaya diri dan tenang. Di jawab dengan resah oleh laki-laki itu,” Oh bukan ko mas, aku teman sekelasnya,Cuma waktu tadi dia minta dianter pulang kerumah,emang ga boleh ya mas?. “Oh enggak, dia, lihat juga lagi kosong kok mas”sahut anak laki-laki itu.”Oh ya udah makasih ya!”Aan.
Hari-hari biasanya, setelah pulang sekolah Aan selalu pulang bersama denganya walau dia menggunakan becak dan Aan bersama bronjong bersepeda motor( Waktu itu Vespa sering dipakai bokapnya Aan, jadi menggunakan shogunya) Dan juga walau mereka berdua hanya di belakang kendaraan khas Indonesia itu. Hal itu terus dilakukan seiring sepulangnya sekolah. Namun tanpa ada kemajuan sedikit pun, hingga bronjong memberi masukan yang berarti. “coba deh kamu deketin dia lalu anter dia sampai kerumah, dong!” Saran dari bronjong.” Ya, njong ta’ coba pulang sekolah nanti ya, tapi ga pa kan kamu nunggu aku nganter dia dulu kan?.Ujarnya. “Oh sante ,Ball. Klo kamu seneng aku juga seneng kok”.sahut bronjong.Saat itu Mengikuti dari belakang tak terlihat lagi yang ada kini adalah berjalan berdampingkan sambil mengeluarkan rayuan yang intinya mengajak si dia. Dan ternyata rayuan maut itupun berhasil, Aan dengan ikhlas mengantarkanya. Dan ternyata setelah dirasa dan tak diduga rumahnya pun jauh sekali dekat pesisir pantai, tapi hingga tak dirasa lagi karena hilang ditelan canda tawa dalam perjalanan pulang itu. Rasa senang itu menghiasi hari-harinya saat itu. Namun dekat-dekat hari kemudian aan disibukan oleh kegiatan yang sekiranya membuat bangga baginya dan juga teman-temanya di masa itu. Yaitu kami anak – anak yang terkumpul dan yang sering tongkrong Green House sepakat membuat “ Ivent Organezer/ I.O “ dalam acara di bulan Febuary tepatnya 14 Febuari 2004 yang tepatnya hari valentine day, Acara itu Booming dalam nama “ Sound of Love”. Aan selaku panitia bersama teman-temanya, Pak Riki ( Pemilik Rental soun system and alat band Green House), Bogel (kuliah di Unsoed), Bongkeng (kuliah di Jogja), Krupuk ( sang desain grafis), Gomloh ( juragan counter Madina gombong), Gober ( kuliah di jogja ) , Ade ( masih kosong ),dan anak-aak sekolahnya seperti Aan, Mail, Ganden, Lukman, Bronjong, dan masih banyak lainya bekerja sesuai dengan jobnya masing-masing. Mereka terus bekerja keras demi suksesnya acara tersebut.
Hingga pada hari “ H “-nya acara Valentine Day yang di laksanakan pada malam hari, Aan dan teman-teman tim suksesnya berjalan-jalan mengelilingi Benteng. Tak disangka dalam hatinya merasakan hal yang Surprise katika matanya tak sengaja menemukan sosok gadis yang diidamkanya waktu itu dan mata terus tertuju padanya serasa tak percaya dalam dirinya. Dia adalah Fitri. Hingga Aan memisah sebentar dalam kumpulanya dan berbincang bersama si-dia. Namun entah pula surprise atau mungkin masih malu, hingga tak satupun kata-kata yang keluar dari bibirnya. Hanya saja senyumanya yang terus bersemi dalam setiap sanjung ucapnya Aan. Tak begitu lama Aan berbincang denganya, hingga pada jam bintang tamu yang membawakan musik R & B + Hip-Hop akan tampil, Temen-teman memanggil dari “H.T” dan mengajak untuk Freestyle BreakDance (Teman teman nganggap Aan mahir breakdance juga yang paling bersemangat), Akhirnya pertemuan-pertemuanya hanya sampai di situ, setelah Ngedance bareng temen-temen sambil menikmati band bintang tamu dari Jogja, Aan pun berlari kearah Firti berada tadi, namun dia sudah tak berada si situ, melangkah lagi mencari dia yang ada adalah percuma karena ketika itu kembang api di luncurkan ke angkasa yang bertandakan pukul 00.00. Malam itu bertandakan hari kasih sayang yang belum ada kekasih yang nyata memberi kasih sayang kepada Aan. Dan karna nasib dan waktulah yang membentuk menjadi demikian. Malam itu pula sebelum terlelap dilelahnya malam ia pun terjaga dimalamnya, hingga mimpi mengantarnya pada sinar sang surya yang menyilaukan matanya hingga ia terbangun. Tertuju pula bola matanya, kepada hitamnya angka 15 Februari dan terus berlanjut masih dalam kekecewaan pada 16 Febuary yang berharikan Senin hingga bergegaslah langkah menuju pemberangkatan ke sekolah,dengan hati yang janggal karna dimalam itu Aan belum sempat mengucapkan HAPPY VALENTINE DAY hingga waktu membawanya pada pulang sekolah meski hati akan rasa ragu dan malu mengeluarkan air dari pori-pori dari tubuhnya, namun ucapan selamat itu dapat tersampaikan juga.
Tanggal 17 mengganti hari kemarin. Rasa hati mencari cara bagaimana tuk dapat lebih dekat dengannya hingga ia coba bertemu didepan kelas Fitri dan yang terjadi malah dia segan menemui Aan entah karena malu atau apapun saya selaku penulispun tak tahu. Namun semangatnya takkan berhenti seketika itu juga. Nekatpun menghantui dirinya tuk mencari waktu agar dapat berbicara dengannya.Sewaktu pulang sekolah aan terus mendekati hingga mengikuti berjalan menuju ke kos-kosan temannya hingga sampai depan warung adalah saat tepat aan untuk jalan berdua dengannya. Hanya semenit Aan berjalan dengannya, hanya jug beberapa kata dari bibir Aan dapat terucapkan kepadanya sampai berkata memohon, meminta nomor hp agar supaya mereka agar lebih dekat. Fitripun tidak mengeluarkan kata-katapun hanya isyarat seperti orang bisu yang telah mengganggunya, hingga Aan merasa tersinggung karena harapannya itu seperti tidak dihiraukan. Kembalilah Aan menuju jalan pulang. Hal itupun terulang kembali di hari-hari berikutnya. Hingga alam pikirnya menjadi sempit “ apakah aku memang benar-benar buruk ya?”.
Hari berikutnya pun datang seperti hari-hari sebelumnya, dan dalam genggaman Aan berisikan tulisan yang mendeskripsikan tingkahnya selama ini dalam sebuah perasaan yang tlah menggangu dirinya dan si Firti.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar