
Cinlok Nich ?
Gelap ketika hati yang lemah ini dilanda sebuah kegersangan cinta dari sosok yang menurut dia, ia cintai….Walau jauhnya pelayaran dalam samudera cinta yang ia arungi belumpun menghadirkan pesisir yang dapat ia labuhi.
Tanyanya dialam sadar, “apakah itu awal?”
Malam itu, malam ini, malam esok atau jua lusa, begitupun yang namanya malam yang terasa seperti biasa, jenuh? Gundah? Gelisah? Semua kata itu bercampur menjadi satu, walau ia mencoba menikmatinya, namun kadang terlontar kembali disaat sepinya hati.
Malam Rabu, tak disangkanya sosok itu mampir sejenak dalam sebuah media. Walau yang hanya dalam alam pikir, itu pun ia lakukan dengan apa adanya, ketika sebuah salam melewati tertuju pada sang adik, tahu dia adalah sosok wanita. Dengan cepatnya canda itu melabuhi sebuah ibu jari, itu mengantarnya pada tengah malam, hingga membawa dalam daya imaginasi, mengalir memudarkan jenuh. Terjadilah perkenalan walau dari sebuah media komunikasi (H.P), yang berawal dari sms nyasar ke nomornya dengan dalih bahwa ini nomor fatah (adiknya Aan). Dan akhirnya menjadikan sebuah perkenalan yang tak disengaja. Dalam ruang keluarga. Lalu ia bertanya kepada sang adik,”tah ini nomor siapa ya, kok tadi Tanya kamu, tapi sudah ku bales macem-macem, He…”. “Oh..itu mas temenku, si deby, ditulisaja di hape mas mana yang temen-temenku biar ga bingung..”.jawab Fatah.
Hari-hari pun seperti biasa, kegiatan demi kegiatan kian terasa tak ada yang berubah sama sekali. Ingin bisa ia membeli suasana yang dapat menyejukan perasaan. Hingga waktupun membuatnya dekat dengan teman satu komplek, “Sandi”. Ketika itu dalam kegiatan rutinya di pagi hari, yaitu berenang ia berjumpa dengan gadis anggun, dan tak sengaja dia melihat Sandi juga.Ternyata mereka sekelas, lalu pandanganya terus tertuju pada si gadis itu. Dian namanya. Walau itu di akuinya ini merupakan awal yang tak etis, karena entah kenapa menumbuhkan perasaan lain pada gadis itu, mungkinkah ini cinta pandangan pertama belaka?. Namun harapannya tak demikian, hingga ia awali dengan bertanya namaya, ketika itu dia mengenakan sepatu dan ia menghampiri lalu duduk bersebelahan dengannya. ”Boleh ga kalo aku lotionnya sedikit aja, memang abis renang enaknya pake lotion ya biar ga kering?” pinta aan dengan manja.Lalu di sahut oleh Febri” Ya,iya lawong gratisan ya enak,hehehe…”. Hanya dengan tutur kata dari bibir itu hubungan pun berlanjut menjadi awal yang baik, yaitu baru sekedar berteman. Simpati di antara berdua mulai tumbuh ketika meningkat dari beberapa cerita dan tingkah yang mulai memikat satu samalain. Salam demi salam terkemas terbawa oleh bibir kreatif seorang Sandi. Hingga tanggal 23 oktober entah kenapa dia seperti mengisyaratkan kepada Aan datang kerumahnya untuk bertanya tanggal berapa dia ultah (dalam hati Aan berkata agar ia tau horoskop apakah miliknya itu, untuk mengetahui melalui ramalan pada komputernya “tepatkah ia jika bersama denganku?, karena ku takmau bagai air dan api dengan hubungan yang kan terjalin ini”.) Ternyata jawab dari Sandi bahwa Dian berULTAH 2 Hari lagi, mungkin simpati mulai berkembang dan berubah kuputuskan tuk mampir ke rumahnya. Hingga pada saat itu juga ’25 oktober’, dalam rumahnya itu sudah terencanakan tanpa sepengetahuanya acara ulang tahunya dirayakan dengan teman sekelasnya itu. Ketika ada dalam suasana itu yang penuh kegembiraan, Aan datang dan disambut pula dianggap orang special bagi mereka karena hubungan yang baru terjadi beberapa hari yang lalu. Maka dengan itu ide menghampiri Aan untuk meminjam fotonya agar dapat membuatkan dan memberinya handicraft special yaitu sebuah jam dinding manis buatan tanganya sendiri. Hari-hari bertambah hangat hubungan diantara mereka namun setiap titik tingkah terus Aan perhatikan, walau sepertinya dia patuh entah apa yang ada dipikrnya namun disempat tak tahan ketika ia meminta dia tuk berbicara, memulai pembicaraan, dia tak beri satu patah kalimat pun, yang ada, ”iyalah”, Oralah’, dan hanya kata-kata singkat lainya, walau mereka tak dapat saling sms karena dian tak memiliki HP, hanya no. telp. Rumah. Namun sama saja dia sepertinya terpakasa mengatakan segala sesuatunya setiap sesuatu itu kadang ditanyakan oleh Aan. Dan terlihat dari matanya dia menyimpan dan menyembunyikan sesuatu yang besar dan tak boleh dimengerti oleh orang lain. Ketika pergi kerumahnya menjadikan waktu tersendiri bagi Aan, dan disaat berbincang di rumahnya, hingga rasa iba membawanya meredupkan ruang hati ketika sedikit rahasia terungkap tanpa sengaja karena mengetahi bahwa dia anak yatim. Dahulu seorang Ayah dari angkatan yang telah tewas membuat berita duka bagi keluarga Dian atau mungkin hingga kini, hingga Aan menerima nilai pelajaran yang berarti dari cerita kehidupan yang nyata dan memulai hati-hati dalam setiap kata yang diujapkan. Lambat hari ada lagi cerita darinya dan mulai diketahui Aan tentang dirinya yang kenapa tidak pernah mau ketika diingatkan untuk sholat, Juga karena dia orang aseli timor-timor yang pindah ke tanah jawa karena tugas ayahnya dan ketika ayahnya tiada dia pindah agama menjadi islam, namun tak sedikit dari Aan akan perhatian-perhatian yang ia berikan tak pernah diberi pengertian dari Dian, suatu ketika Aan “Nembung” padanya , Hingga dua minggu berlalu tanpa jawaban darinya, dan dalam ingkar janji dengan alas an masih dipikirkan sehingga memberikan waktu satu minggu lagi. Setelah itu sore harinya bersama febri menjemputnya dan mengajaknya pergi ke sempor dan memastikan hubungan Aan dan Dian, namun jawabnya adalah “tidak”,dengan alasan setatusnya masih milik orang lain dan walau orang itu sudah jauh dari hatinya, juga sudah lama tak bertemu denganya. Tapi dalam matanya dapat terlihat jelas dia sebenarnya suka, sayang akan diri Aan, Namun Aan menghargai betul-betul keputusanya. walau pada saat itu hatinya menjadi hampa akan cinta sejati.
Sedihlah..
Sudah setaun aan hidup dalam bagian dari warung kecil yang ia tinggali sendiri danposisinya terletak tak jauh dari rumahnya.
Pukul lima pagi terminal kecil itu sudah hidup dengan deru-deru mesin berbagai jenis bus besar dan derap kaki para penumpang yang naik dan turun,berganti kendaraan sesuai jurusan yang dikehendaki.atau dating dan pergi ketempat yang dijadikan tujuan.masih didalam kota ,atau bahkan luar kota. Ke sekolah,ketempat-tempat kerja,atu ke terminal lainya.
Dan bersamaan dengan itu,baru pertama kalinya aan berlari menuju rumahnya sekedar akan menggunakan sepeda motornya untuk dapat mengantar sang pujaan hatinya menuju terminal kecil tersebut.dengan badan yang sudah beraromakan sabun, hati tenang setelah bersebahyang,dan masih juga diiringi deru jantung yang berdebar semakin kencang. Seolah pemburu penumpang yang sedang kejar setoran. Himgga sampailah aan di ujung rumah megah beriikan gadis mungil nan cantik yang sedang menunggu disana.Sepeda motor tua itupun saksi bisu awal kisah cinta kedua sejoli itu.Terminal kecil itu pun akhir perhentian sepeda motor tua mengangkut sang pujaan hati. Selepas berkata “,saying…hati-hati dijalan,belajar yang rajin” keluar sayup dari bibir aan.sambil berjabat dalam kasih,terbalaskan suara”saying ade’ berangkat dulau ya, Assalamualaikum’kata sang kekasih .Waalaikumu salam….”aan pun kembalimkerumahnya,dan mulaiberanjak ke warung untuk memberskan pekerjaanya di warungnya.
Kisah aan itu berawal dari perkenalanya dengqn Deby, nama itu tak asing dalam H.p Aan, ketika siang yang hilang bersama sebuah pekatnya matahari pada hari – hari menjelang bulan puasa di November 2005, terdengar deringnya suara handphone yang tertulis “ F. deby” pada layar, yanh ditandai oleh adiknya yang berarti nomor temanya fatah (adiknya Aan). Terus berdering beberapa kali,hingga membuat Aan penasaran akan sosok itu, dan ketika ia anggap itu miscall, dia lalu sms agar menghubunginya. Tanpa pikir lagi di liputi detak jantung yang tak keruan karena belum tahu sosok di balik nomor itu ia langsung menghubungi balik. Duduk Aan di atas meja teras samping rumahnya yang berudarakan sejuk dan rimbun pohon mangga, dengan tangan menggenggam handphone disamping telinga kanan. Dengan tuturkata halus dan sopan ,” Hallo, maaf ini dari siapa ya kalau boleh tahu?, apakah betul dari temanya fatah oh ya kebetulan fatah ga ada di rumah, ada pesan yang bisa ku sampein buat fatah?.” Sambung Deby “ oh, ini bukan fatah ya?, ga kok ga begitu penting, brati ini kakaknya fatah ya mas?.” “Oh, Ya iya dong, memang kenapa? Masa ga bisa bedain suaranya fatah sih kan teman sekolahnya, iya Kan?”.Aan. “ Oh bukan teman sekolah kok, mas.”,Ujar Deby. “Lho kok bisa?”Sahut Aan. “Ah ga usah dibahas mas, oh ya kenapa ga sms aja mas kalo mau ngobrol nanti pulsanya habis lho!”Tambah Deby. “ Ya deh,ngomong-ngomong suaramu merdu ya”. Sanjung Aan. “ Makasih, Wah mas bisa aja”. Jawab deby” Eh kalau soal pulsa, nanti kan kalo habis beli lagi, tapi kalau dah ga bisa denger suara merdu ini carinya susah, dimana hayo??, he..he..he..”.Sambung Aan. (memang diakui suaranya halus dan lembut di telinga, hingga mengantar alam khayalnya tertuju pada Revalina, Artis pemeran bawang putih ). “Oh ya lupa, kalau boleh tau kakaknya fatah kan ini, namanya siapa mas?”. “Wah, ga penting kok, de. Namaku jelek ah”. Jawab Aan. “Iih…kok pelit banget sih, ya udah nomornya fatah berapa, nanti aku Tanya sama fatah aja”. (karena Fatah hanya punya SIM card-nya saja dan tidak pegang H.P)sehingga Aan tidak memberitahukan nomornya.
“He…Maunya kamu, ya udah ntar s.m.s-an aja ya deb.”Jawab Aan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar